Mendorong Kaum Milenial Cinta Masjid

Mendorong Kaum Milenial Cinta  Masjid

Oleh: Suyanto,S.Ag. M.Pd.I.

 

Masjid secara bahasa adalah suatu kata benda yang menunjukkan arti tempat        sujud. Secara terminologi syar’i, masjid adalah setiap tempat yang memungkinkan untuk berbadah kepada Allah SWT dan sujud kepada-Nya di tempat itu. Nabi bersabda. “Bumi dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci” (Hadist muttafaq ‘alaih).  Bumi dinyatakan sebagai masjid merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan dan dimiliki oleh Nabi Muhammad dan umatnya.  Masjid merupakan rumah Allah di bumi yang dijadikan sebagai tempat beribadah, dimana didalamnya Allah disembah, sementara selain-Nya  tidak boleh disembah. Dalam perkembangannya Masjid memiliki peran yang besar dalam pembentukan karakter dan kesejahteraan masyarakat dengan berbagai kegiatan  Masjid.

Sudah saatnya Masjid terbuka lebar untuk kaum muda atau sekarang lebih popular kaum milenial. Keberadaan Masjid-Majsid sekarang banyak diisi jamaah yang sudah lanjut usia, perhatikan jika jamaah shalat shubuh. Kekhawatirnya akan masa depan kelak yang harus diwaspadi jika generasi muda jauh atau dijauhkan dari Masjid.

Siturahmi antar pengurus Masjid digiatkan untuk saling diskusi berkaitan dengan pengembangan Masjid. Sudah saatnya Masjid memiliki daya pikat bagi generasi milenial, dengan sikap-sikap akomodatif pengurus Masjid pada karakter generasi milenial, dengan layanan-layanan yang diminati generasi milenial. Pengurus Masjid terbuka dengan melibatkan kaum muda untuk bersama-sama mengelola Masjid.

Langkah-langkah untuk mendorong kaum milenial untuk ke Masjid  tidak mudah memang, tetapi perlu diikhtiarkan. Bisa dengan kegiatan-kegiatan yang disukai anak-anak muda, misalnya membentuk kelompok pencita alam, club touring, clup olah raga, clup music Islami dan lain-lain yang mendorong anak-anak muda tertarik. Misalnya lagi dengan menyediakan wifi gratis dilingkungan Masjid, menyediakan meja pingpon untuk olah raga dan kegiatan-kegiatan kreatif lain, dengan caatatan semua kegiatan-kagiatan tersebut harus ada muatan-muatan pembinaan dan pembimbingan keagamaan.

Generasi milenial harus disadarkan pentingnya ibadah, pentingnnya agama, pentingnya akhlak  dan bekal-bekalmasa depan, agar mereka memilki optimisme dan tidak menyerah pada keadaan. Kedekatan manusia terahadap Sang Khaliq adalah salah satu syarat dan tanda kemuliaan manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Imran ayat 112, yang artinya: “mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjiaan) sesama manusia”.

Kalau dicermati dari perjalanan sejarah, maka fungsi masjid di zaman Rasulullah dapat dirinci sebgai berikut: Masjid sebagai tempat musyawarah, memberi fatwa/pengajaran agaa dan pendidikan, sebagai tempat pengadilan, menyambut utusan, tempat penjagaan, tempat pengembangan kehidupan kesejahteraan sosial, tempat akad nikah, tempat pengobatan orang sakit dan masjid sebagai tempat latihan perang.

Dari uraian dimuka, kita dapat memahami elastisitas, (keluwesan) Islam menyesuaikan diri dengan kebutuhan masa depan. Selama terdapat anggapan sempit dari masyarakat sebagian umat Islam, yang tidak menganggap pantas kegiatan-kegiatan keduniaan dilaksanakn di masjid, pendapat ini meski harus dihargai, tetapi membangun masyarakat Islam melalui masjid merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda, apabila apabila kita menghendaki umat Islam maju dan dihormati.

Fakta sejarah membuktikan bahwa sesampainya Nabi Muhammad Saw. Disebuah desa kecil yang bernama Quba’—dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah—salah satu upaya mempersatukan umat Islam adalah dengan cara membangun atau mendirikan masjid. Salah satu tujuannya tentu saja yaitu untuk digunakan sebagai tempat ibadah, terutama shalat lima waktu. Ibadah shalat bukan saja hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang lebih luas bagibseorang Muslim. Dalam Islam, shalat dipandang sebagai tiang agama dan oleh sebab itulah ia menjadi salah satu elemen penting dalam rangkaiaan rukun islam. Hal ini memberikan penekanan bahwa shalat merupakan ritual yang menghubungkan manusia secara langsung dengan al-khalid, sang pencipta.

Beragam argumentasi dan rasionalisasi terhadap pentingnya ibadah shalat telah banyak dilontarkan oleh beberapa kalangan pemikir Muslim. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa salah satu ibadah yang paling berkarakter bagi umat Islam ialah shalat. Bahkan, dalam salah satu hadist, Rasulullah Saw pernah mengungkapkan bahwa “yang membedakan umat Islam dengan non-Islam Islam adalah shalat”.

Dalam ajaran shalat , shalat dimaknai sebagai berikut kepasrahan diri kepada Allah Swt. Yang Maha Menguasai alam ini, yang tak terhitung nikmat dan dan karunia-Nya, yang Maha segalanya. Oleh karena itu, salah satu fungsi shalat –sebagaimana lafadz-lafadz yang dikandungnya—ialah untuk bersyukur dan menyerahkan diri sebagai bukti kenistaan dan kekurangan seorang hamba. Untuk memenuhi fungsi ini, kemudian Rasulullah mengambil tindakan untuk membangun majid sebagai langkah awal perjuangan dakwahnya di Madinah.

Membina Kaum Milenial

Masa depan miliknya kaum muda,maka menjadi tanggung jawab bersama agar kelak lahir pemimpi-pemimpin yang memiliki landasan agama yang kuat dan berakhlaqul karimah maka salah satu media yang strategis adalah mendorong anak-anak muda untuk masjid. Tidak dipungkiri bahwa ada kendala-kendala dalam mengajak mereka ke masjid tetapi tidak boleh putus asa, proses tidak akan berhenti jika terus menerus diusahakan.

Masjid memiliki peranan penting dalam membina umat dan masyarakat dan merupakan bangunan yang diberkahi, dari masjidlah kebaikan muncul dan tersebar.  Alangkah bahagianya para orangtua jika anak-anaknya segera bergegas setelah adzan dikumandangkan. Maka disinilah peran orangt tua untuk menjadi teladan bagi anak-anaknya, yaitu memberi contoh untuk berjamaah ke Masjid.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, maka bangunan yang pertama kali beliau bangun adalah masjid. Di masjid itulah, beliau mendidik umat, mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar, ibadah yang benar, akhlak yang benar dan bermu’amalah yang benar sehingga para sahabat neliau menjadi umat yang terbaik

 

Allah SWT berfirman.

 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”  (QS. Ali Imran: 110)

 

Maka hakikat memakmurkan masjid adalah mencakup semua amal ibadah dan ketaatan kepada Allah  SWT yang diperintahkan atau dianjurkan dalam Islam untuk dilaksanakan di masjid. Oleh karena itu, tentu saja shalat berjamaah lima waktu di masjid bagi laki-laki adalah termasuk bentuk memakmurkan masjid, bahkan inilah bentuk memakmurkan masjid yang paling utama.

Landasan yang menjadi alasan untuk penggugah semangat, agar umat Islam memilik semangat memakmurkan masjid, sebagaiman Friman Alloh SWT

 

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

 

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)

Ayat tersebut tentu memantik semangat untuk mengelola masjid sebaik mungkin kalau bukan ahli ibadah, ahli sholat, ahli sedekah yang mengelola masjid lantas siapa yang akan mengelola masjid.  Masjid akan terlantar jika diserahkan orang yang tidak lilllahi ta’la dalam mengelolanya, apalagi hanya untuk kepentingan politik untuk mencari popularitas demi meraih kekuasaan, maka akan menghancurkan hakikat masjid sebagai sarana ibadah dan mendia pembinaan umat.

Jika pengelola Masjid adalah ahli ibadah dipastikan akan mengerti kebutuhan Masjid, ibaratnya kran wudhu bocor akan ketahuan dan segera diperbaiki, kenapa bisa demikian karena yang mengelola adalah ibadah, sering menyapa Masjid dengan shalat berjamaah, maka dipastikan akan mengerti kelemahan-kelemahan dan kekurangan Masjid, yang lebih penting lagi adalah ada langkah kongkret pembenanahan. Sebaliknya kalau yang mengelola Masjid bukan ahli ibadah dipastikan masjid akan terlantar, WC, toilet berbau, berlumut, lampu mati dan sarana terbengkalai, kalaupun Masjid bersih karena membayar orang untuk membersihkan itupun karena upah.

Penduduk Indonesia mayoritas  beragama Islam,  kenyataan ini di tiap kota, daerah, bahkan provinsi terdapat sebuah masjid dan masjid dijadikan sebagai ikonnya. Mudah menemukan masjid di tiap gang dan komplek perumahan, namun sangat disayangkan ketika banyaknya masjid yang ada bukan menambah semangat untuk pergi ke masjid. Maka agar masjid dapat berperan dengan maksimal dalam buku gerakan Muhammadiyah berbasis  masjid dan jamaah dijelaskan  langkah-langkah menggerakkan Masjid sebagai berikut.

Untuk melakukan dakwah yang tepat dan kena sasaran, perlu disusun peta,”Peta Dakwah Lingkungan Masjid”, dengan langkah dan meliputi:

  1. Menetapkan wilayah (area) lingkungan masjid
  2. Agar dakwah rapi dan terorgnisir, wilayah pemberdayaan masjid harus jelas. Misalnya, Masjid Jogokaryan, melakukan pembinaan jamaah untuk wilayah Jogokaryan.
  3. Komposisi jumlah penduduk
  4. Masjid memiliki data yang jelas mengenai jumlah penduduk di wilayah dakwahnya. Berapa jumlah laki-laki, perempuan, tua, remaja, dewasa, anak-anak, pemeluk agam Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan lainnya.
  5. Komposisi penduduk menurut struktur pendidikan.
  6. Masjid juga perlu memiliki dat pendidikan jamaaahnya. Mengenai jumlah sarjana, lulusan SMA, SMP, SD, TK, sampai sampai merka yang buta huruf sama sekali.
  7. Komposisi penduduk menurut pekerjaan dan srata sosial ekonomi masyarakat. Masjid juga perlu memiliki data tentang tingkat ekonomi masyarakat.
  8. Kualitas pengalaman agama, kualitas pengalaman agama ini menyangkut data jamaah yang telah dan belum melaksanakan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, berhaji, dan lain-lain.

Misi Islam sebagai “Rahmatan lil ‘alamin” agar dapat tercermin dalam kegiatan  Masjid, yang dapat memberikan kesejukan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat lingkunngan Masjid. Untuk melaksanakan tugas dakawah dapat dilakukan dengan pembagian-pembagian jamaah berdasarkan area atau jamaah Masjid. IsnyaAlloh dengan langkah-langkah seperti diatas maka akan dapat mendorong Masjid benar-benar sebagai pusat dakwah.

Wallohu a’lam bishawab

 

Leave a Reply

Recent Comments

    Categories