Oleh : Tim PKM-PM ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
ABK atau anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai keterbatasan dalam melakukan sesuatu termasuk dalam pola berfikir dan pemahamannya terutama pemahaman terkait masalah kesehatan. Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami atau mempunyai keterbatasan atau keluarbiasaan baik secara fisik, mental dan intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan dibandingkan dengan anak lain seusianya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Tahun 2022 jumlah anak dengan disabilitas pada tahun 2021 mencapai angka 150.334 orang termasuk laki-laki dan perempuan.
Pengabdian masyarakat yang kami melakukan melibatkan sebuah mitra dengan penyandang disabilitas, tempat pengabdian masyarakat tersebut bertepatan di sekolah SLB Negeri Surakarta. Sekolah ini diperioritaskan untuk anak dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangannya baik secara inter-individual maupun intra-individual. Sekolah SLB ini terdapat siswa dengan disabilitas tunanetra, tunarungu, tunadaksa, disabilitas sosial, serta tunagrahita. Anak-anak dengan disabilitas memiliki kemampuan pemahaman tentang kesehatan yang sangat terbatas, hal ini yang menjadi kekhawatiran kami terkait kualitas hidup anak berkebutuhan khusus (ABK).
Meningkatnya jumlah siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit, ini menjadi permasalahan yang ada di sekolah karena tentu saja akan menghambat dalam proses belajar mengajar. Melalui program pengabdian masyarakat PKM-PM, tim kami memberikan pendidikan kesahatan pada mitra menggunakan sebuah metode yang menarik dan mudah untuk diikuti oleh siswa dan siswi disabilitas, metode ini berupa permainan edukatif Quarted Flash Card (QFC). Metode permainan ini melatih motorik halus ABK terutama pada intelektualitas, karena tujuan dari pendidikan kesehatan menggunakan metode QFC adalah meningkatkan pemahaman pengetahuan ABK terutama pada masalah kesehatan. Tema pendidikan kesehatan yang dipilih yaitu tentang penyakit menular dan penyakit tidak menular yang terspesifikasi pada penyakit DHF dan PPOK. Pemilihan tema ini juga mempertimbangkan dari meningkatnya angka kejadian penyakit tersebut.
Sebelum diberikan materi pendidikan kesehatan dan juga melakukan permainan QFC, peserta mitra diberikan kuesioner terkait pemahaman tentang kesehatan untuk mengetahui seberapa paham dan tau mitra tentang masalah kesehatan. Penyampaian materi pendidikan kesehatan disampaikan secara lisan dan diberikan sebuah video animasi guna untuk lebih mempermudah mitra dalam memahami materi yang diberikan. Setelah diberikan penjelasan terkait materi pendidikan kesehatan, kemudian mitra diberikan penjelasan terkait metode pelaksanaan dan tata cara barmain menggunakan kartu QFC. Setelah serangkaian kegiatan terlaksana, peserta mitra diminta kembali untuk mengerjakan kuesioner untuk mengetahui seberapa paham mereka dalam memahami materi setelah diberikan penjelasan dan melakukan metode permainan edukatif QFC.
Berjalannya kegiatan yang sudah kami laksanakan dengan peserta mitra yang terdiri dari siswa dan siswi serta guru-guru, dengan ini menghasilkan ekspektasi yang diharapkan oleh tim tercapai yaitu dengan peningkatan siswa dan siswi dalam memahami masalah kesehatan. Walaupun tidak sepenuhnya siswa dan siswi paham dan mengingat materi yang diberikan tetapi mereka menunjukan peningkatan pemahaman dibuktikan dengan mereka mampu menjawab pertanyaan tentang materi yang diberikan. Guru-guru memahami dan mereka akan menerapkan permainan ini dalam proses kegaitan belajar mengajar pada siswa dan siswi ABK pada jenjang SMP dan SMA. Metode permainan ini memang bisa digunakan untuk proses belajar dalam bidang apapun tidak hanya digunakan dalam bidang kesehatan, penggunaannya dalam proses pemberian pendidikan kesehatan terutama pada ABK adalah untuk mempermudah dan menghindari kejenuhan ABK dalam mendengarkan materi sehingga dengan mudah ABK dapat memahaminya, dengan begitu perlahan derajat kesehatan pada ABK akan meningkat dan angka mortalitas serta morbiditas dapat menurun.
REFERENSI :
BPS, 2022. Rekap Data PMKS Menurut Kelompok Masalah 1 di provinsi Jawa tengah. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021, 22 Maret, p. 1.
KPPPA, 2013. Anak Berkebutuhan Khusus. In: Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang tua, Keluarga, dan Masyarakat). Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan, pp. 1-22.